KIM Cipedes Bimtek Literisasi Digital Bagi Warga, di Hotel Jayakarta Bandung, 10/10/2017 |
KIM Cipedes, Dago | Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung bersama Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) se Kota Bandung akan berupaya memerangi konten-konten negatif yang marak beredar di dunia may seperti berita bohong alias hoax, ujaran kebencian, pornografi, penipuan dan radikalisme.
Kepala Diskominfo Kota Bandung, dr. Hj. Ahyani Raksanagara, M.Kes mengatakan maraknya konten-konten negatif merupakan ancaman bagi warga masyarakat dan tentunya akan menjadi insiden buruk Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia. Untuk itu, saya berharap warga masyarakat dapat memilah dan menelusuri kebenaran informasi sebelum disebarkan,” ungkap Ahyani pada Bimtek Literisasi Digital Bagi Warga Bersama KIM Membudayakan Internet Sehat, bertempat di Hotel Jayakarta Bandung, 9 – 10 Oktober 2017.
Bimtek ini menghadirkan narasumber Nursyawal, S.Sos., M.I. Kom Pengajar Jurnalistik dan penyiaran STIKOM Bandung dan MazNot Dosen Character Building STMIK “AMIK Bandung.
Ahyani mengajak seluruh elemen masyarakat dan komunitas untuk aktif menyebarkan konten positif di dunia maya. Jika menemukan konten-konten yang negatif silahkan lapor ke SARING - Sok Atuh lapoRkeun INformasi neGatif, melalui link : https://diskominfo.bandung.go.id/saring
SARING merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk dapat melaporkan konten-konten internet negatif yang tidak sesuai dengan nilai-nilai etika, moral, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di NKRI. SARING merupakan upaya mendukung program TRUS + TM POSITIF dari Kementrian Komunikasi dan Informatika .
Nursyawal, S.Sos., M.I. Kom Pengajar Jurnalistik dan penyiaran STIKOM Bandung menerangkan bahwa media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan jaringan internet dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik yang mengacu kepada Undang-undang Pokok Pers Tahun 1999 dan Standar Pers yang ditetapkan oleh Dewan Pers.
Menurut Nursyawal, berita hoax / berita bohong, konten-konten negatif sudah ada sejak tahun 1965 sampai dengan sekarang. Tujuan dibuat berita – berita hoax ini untuk menarik pengguna internet untuk membuka konten tersebut. Semakin banyak yang mengklik, akan menambah penghasilan bagi pemilik konten. Untuk itu masyarakat harus pintar menelisik konten-konten sebelum dishare, dengan cara Periksa Judul berita, Kurun Waktu Peristiwa, alamat situs (website) atau tautan (Link), Fakta dengan membandingkan berita yang sama dan Periksa Gambarnya dengan bantuan Google Image / TinEye / dll. Salahsatu ciri-ciri berita hoax biasanya ada perintah “sebarkan”, “Pahala”, “dapat pulsa,” dan Baterai terisi, “ungkap Nursyawal.
Sementara itu, A.W. Hernoto yang akrab dipanggil MazNot, Dosen STMIK AMIK Bandung mengatakan kita perlu waspada dalam menghadapi semua informasi, kita perlu tenang, bijak, dan cerdas. Kita tahu, bangsa Indonesia ini bisa dikuasai pejajah selama berabad-abad, karena apa? Penjajah pakai cara memecah belah, sebar berita hoax, sehingga satu sama lain terjadi permusuhan.
Pemberontakan yang pernah terjadi di kita pun, caranya tidak jauh berbeda dengan menyebar berita HOAX, hingga jatuh korban, bahkan disinyalir sampai jutaan jiwa melayang,” ucap MazNot.
MazNot menjelaskan Hoax itu jahat banguet, bisa memfitnah dan dosa yang menjadi objeknya, rugi. bahkan berimbas sampai karier, keluargaa, bahkan turunannya. Yang untung siapa? Pihak yang melakukan cipta kondisi itu. Ibarat kita berdiri diatas butiran kelereng. atau bangunan yang dibangun dilahan yang rapuh. Akan mudah goyang, jatuh, dan runtuh.
Saat ini, acuan kebenaran berita, salahsatunya adalah media mainstream. Pertanyaannya adalah: bagaimana kalo media mainstream pun dikuasai oleh pihak – pihak yang membawa agenda kepentingannya masing. Sedangkan kita tahu, semakin kesini, raja – raja media di negara ini pun bisa dikatakan: tidak ada dari kubu yang netral,” ujar MazNot.
Menurut maznot ,” kita ini Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) ada di barisan terdepan yang meluruskan dalam mengedukasi, memberikan kebenaran dan ketenangan kepada warga di sekitar kita, khususnya hadapi fenomena berita-berita HOAX. Salah satunya dengan cara menumbuhkan budaya Literasi kepada mereka,” imbuh MazNot.
** Asep WH
Posting Komentar